Tokoh 'Non-Pribumi' dalam Perjuangan Kemerdekaan RI



Pidato politik Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, memicu polemik. Masalahnya berpangkal pada pernyataan Anies yang menggunakan istilah 'pribumi.'

"Rakyat pribumi ditindas dan dikalahkan oleh kolonialisme. Kini setelah merdeka, saatnya kita jadi tuan rumah di negeri sendiri," kata dia, di Balai Kota Jakarta, Senin 16 Oktober 2017 malam

Polemik pun bergulir. Pidato Anies langsung direspons banyak orang. Tak sedikit warganet di media sosial, termasuk Twitter, menyayangkan kalimat yang disampaikan Anies berbau sentimen negatif.

Kata 'pribumi' memuncaki trending topic Twitter di Indonesia pada Selasa 17 Oktober 2017 pukul 09.45 WIB. Ada yang mendukung, ada pula yang mencibir.PokerOnlineIndonesia

Di antara pro-kontra pernyataan Anies, Liputan 6.com merangkum kisah delapan orang non-pribumi yang turut berjasa dalam perjalanan perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Berikut daftarnya:




Tan Eng Hoa dan Abdurrahman Baswedan

Tan Eng Hoa 

Mr. Tan Eng Hoa merupakan anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Ketika Ketua BPUPKI, Radjiman Wediodiningrat, membentuk panitia-panitia kecil, Mr Tan masuk dalam Panitia Hukum Dasar.

Panitia itu dipimpin Ir Sukarno. Tan Eng Hoa yang lahir di Semarang, Jawa tengah, 1907, lulus menjadi sarjana hukum.PokerOnlineIndonesia

Dengan latar belakang itu ia banyak memberi masukan dalam penyusunan undang-undang dasar. Ahli sejarah Tionghoa, Didi Kwartanada, mengatakan Tan berkontribusi membangun pondasi demokrasi.

Tan meletakkan dasar kebebasan berserikat. Dalam suatu kesempatan rapat, ia mengusulkan penambahan ayat pada pasal 27 Undang-Undang Dasar. Usul itu mengatur kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan sebagainya.

Belakangan, Sidang BPUPKI memutuskan ayat itu dibuat menjadi pasal tersendiri. Ayat yang diusulkan Tan menwujud dalam pasal 28 UUD 1945, yang mengatur kemerdekaan berserikat dan berlaku hingga saat ini.

"Tentu saja (kebebasan berserikat) amat diperlukan di dalam negara demokrasi," kata Didi. Sayangnya, sedikit informasi yang bisa menjelaskan sosok Tan Eng Hoa.

MENYEDIAKAN 7 PERMAINAN KARTU TERFAVORIT


Abdurrahman Baswedan 

Abdurrahman Baswedan atau AR Baswedan adalah pejuang kemerdekaan sekaligus diplomat dan sastrawan Indonesia. Ia tak lain merupakan kakek Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Lahir di Surabaya, 9 September 1908, AR Baswedan pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).PokerOnlineIndonesia

Ia pernah menduduki beberapa posisi penting seperti Wakil Menteri Muda Penerangan RI pada Kabinet Sjahrir, Anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), anggota Parlemen, dan anggota Dewan Konstituante.

AR Baswedan adalah salah seorang diplomat pertama Indonesia. Ia berhasil memperjuangkan pengakuan de jure dan de facto pertama bagi eksistensi Republik Indonesia, yaitu dari Mesir.

Pria merupakan keturunan Arab yang fasih berbahasa Jawa. Dalam perjuangannya, dia menyerukan pada orang-orang keturunan Arab agar bersatu membantu perjuangan Indonesia.

Ia menginisiasi penyelenggaraan Sumpah Pemuda Keturunan Arab, 4 Oktober 1934, di Semarang. Ia mengajak keturunan Arab, seperti dirinya sendiri, menganut asas kewarganegaraan ius soli: di mana saya lahir, di situlah tanah airku.

Sumpah itu juga mendeklarasikan agar keturunan Arab berbaur dalam kehidupan bermasyarakat. AR Baswedan meninggal di Jakarta, 16 Maret 1986, pada usia 77 tahun.



BACA JUGA : KEHINDAHAN TUBUH PLAYBOY PLAYMATE
                           KUNIKMATI TUBUH MAJIKANKU YANG KESEPIAN



Tang Kim Teng

Satu warga keturunan Tiongkok yang layak dikenang dalam perjuangan kemerdekaan RI yaitu Tang Kim Teng. Pria kelahiran Singapura pada 1921 itu bergabung dengan Resimen IV, Divisi IX Banteng wilayah Sumatera Tengah.PokerOnlineIndonesia

Pada buku Tionghoa dalam Sejarah Kemiliteran: Sejak Nusantara Sampai Indonesia yang ditulis Iwan Sentosa, sebelum bergabung dalam militer, Tang Kim merupakan pengusaha kedai kopi di Pekan Baru.

Dia memutuskan untuk menjadi tentara ketika dia diajak sahabatnya, Tan Teng Hun dan Hasan Basri, untuk ikut turun ke medan perang.

Kim Teng kemudian ditempatkan di Resimen IV, Divisi IX Banteng wilayah Sumatera Tengah. Tugas yang diberikan kepada Tang Kim Teng tidak mudah: mencari senjata, bahan peledak, seragam tentara, sepatu, obat-obatan, dan perbekalan lain di Singapura

Tak hanya itu, dia juga ditugaskan sebagai penyusun siasat dan memata-matai kekuatan lawan di bawah pimpinan Letnan Satu RA Priodipuro.

Sejumlah misi yang diberikan kepada Kim Teng berhasil dijalankan dengan baik. Salah satunya, membawa sejumlah senjata serta pampasan perang dari Jepang. Dia bahkan beberapa kali lolos dalam perjalanan Pekanbaru-Singapura untuk membawa senjata dan memberikan kepada pasukan Indonesia


ARTIKEL ASLLI - KLIK DSINI

7 Permainan Seru Hanya Menggunakan 1 User ID :D
Main Game Bisa Dapat Duit + Bonus Lagi  :)
Proses Cepat & Aman Di JAMIN 100% !
Member VS Member , No ADMIN !
MEMBERIKAN BONUS TERBESAR #Money
Pelayanan Team Customer Service 24 Jam OnlineBBM : D8ED72FCPENGEN MAIN ? 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.